Budaya tari tor-tor sudah ada sejak 500 tahun lalu di suku
Mandailing, Sumatra Utara. Budaya tari tor-tor merupakan simbol
penghormatan terhadap leluhur suku Mandailing, Sumatra Utara. Gerakan
tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang
dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gendang,
suling, terompet batak, dan lain-lain.
Jenis tari Tor-tor pun berbeda-beda. Ada yang dinamakan Tor-tor
Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta
besar yang mana lebih dahulu dibersihkan tempat dan lokasi pesta
sebelum pesta dimulai agar jauh dari mara bahaya dengan menggunakan
jeruk purut.
Ada juga Tor-tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Kemudian
ada juga Tor-tor Tunggal Panaluan, merupakan suatu budaya ritual.
Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah. Maka tanggal
ditarikan tari Tor-tor, akan ditentukan oleh para dukun untuk mendapat
petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal
penaggalan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas,
Benua tengah dan Benua bawah. Dalam perkembangannya, tarian
Tor-tor ada dalam berbagai acara adat Batak, seperti acara seremoni
ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia, dan
acara-acara kebesaran lainnya.
Senin, 18 Juni 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar